tiga corak Umum


BUDHISME | 21.43 |


Tilkhana, Paticca-Samuppada, Tumimbal Lahir, Nibbana
Pada Mata Kuliah Budhisme

A.  Tilakhana  
Tilakhana atau tiga corak umum ini adalah menjadi dasar ajaran agama Budha, yang terdiri dari :
1.      Anicca (ketidak-kekalan)
Segala sesuatu dalam alam semesta ini, yang terdiri dari paduan unsur-unsur adalah tidak kekal dan sebagai umat Budha melihat segala sesuatu dalam alam semesta ini tidak lain sebagai suatu proses yang selalu dalam keadaan bergerak, yaitu :

Uppada                                              Thiti                                              bhanga
(timbul)                                      (berlangsung)                                (berakhir/lenyap)


2.      Dukkha
Kata Dukkha terdiri dari “Du” dan “SUKAR” Dan “KHA”, yang artinya “menanggung /memikul” maka dari itu Dukkha berarti “memikul sukar atau menanggung sukar”. Seringkali kata Dukkha diterjemahkan dengan “derita”.
Apa yang tidak kekal itu adalah tidak memuaskan dan oleh karenanya adalah penderitaan.

3.      Anatta (tidak ada inti yang kekal (tanpa aku))
Segala sesuatu yang bersyarat maupun yang tidak bersyarat (Nibbana) adalah tanpa inti yang kekal, karena tanpa pemilik dan juga tidak dapat dikuasai.



B.  Paticca Samuppada (pokok permulaan sebab akibat yang saling bergantungan)
Setiap kejadian selalu bergantung pada kejadian lain yang mendahuluinya dan selalu menimbulkan kejadian lain yang mengikutinya. Bagaikan sebuah gelombang yang berasal dari gelombang yang mendahuluinya, dan menimbulkan gelombang yang mengikutinya,
demikianlah pula arus sebab akibat (rangkaian kejadian) ini mengalir terus tidak henti-hentinya. Tak sesuatu yang timbul tanpa bergantungan kepada sebab yang mendahuluinya dan tidak ada Sesuatu yang timbul tanpa menimbulkan akibat yang mengikutinya. Apabila sesuatu berhenti (padam), maka berhenti pula rangkaian kejadian yang mengikutinya.
Oleh karena itu Paticca Samuppada dapat dirumuskan sebagai berikut “bergantung kepada ini, maka timbullah itu ; dengan tidak adanya ini, maka itupun tidak ada”. Bhava menimbulkan Jati, Jati menimbulkan jaramarana. Dengan berhentinya Tanha berhenti pula Upadana, dengan berhentinya Upadana berhenti pula Bhava, dengan berhenti Bhava, dengan berhenti Bhava berhenti pula Jati, dengan berhenti Jati berhenti pula Jamarana, maka tercapailah Nibbana.
Dua Belas mata rantai (Nidana) dan makna dari setiap Nidana sebagai berikut :
1.      Avijja (ketidaktahuan)
2.      Sankhara (betuk-bentuk Karma)
3.      Vinnana (kesadaran)
4.      Nama-Rupa (Rohani-Jasmani)
5.      Salayatana (enam landasaan Indriya)
6.      Phasa (kontak/kesan-kesan)
7.      Vedana (perasaan)
8.      Tanha (keinginan /kehausan /kerinduan)
9.      Upadana (ikatan/kemelekatan)
10.  Bhava (arus penjelmaan)
11.  Jati (kelahiran)
12.  Jamarana (pelapukan, hari tua, kematian)

C.  Tumimbal Lahir
Ajaran tumimbal lahir dalam agama Budha membuktikan adanya kehidupan makhluk yang berulang-ulang yaitu Patisandhivinnana (penerusan).
Ada empat cara tumimbal lahir makhluk-makhluk, yaitu :
1.      Jajabuja-Yoni yaitu : Makhluk yang lahir dari kandungan, seperti manusia, kuda, kerbau.
2.      Andaja-Yoni yitu makhluk yang lahir dari telur, seperti burung, ayam, bebek.
3.      Sansedaja-Yoni yaitu makhluk yang lahir dari kelembaban seperti nyamuk.
4.      Opapatika – Yoni yaitu makhluk yang lahir secara spontan, langsung membesar, seperti para dewa, brahma, makhluk neraka.


D.      Nibbana
Nibbana adalah kebahagian tertinggi, suatu keadaan kebahagiaan abadi yang luar biasa. Kebahagiaan ini tidak dapat dialami dengan memanjakan indera, tetapi dengan menerangkannya. Nibbana adalah tujuan akhir ajaran agama Budha.
Nibbana dibagi dua, yaitu :
1.      Nibbana yang masih mengandung sisa-sisa kelima kelompok kehidupan yang masih ada dan ini dicapai dalam kehidupan di dunia atau dalam kata Pali disebut SA UPADISESA NIBBANA.
2.      Nibbana yang tidak mengandung sisa-sisa kelima kelompok kehidupan, yang dicapai setelah meninggal dunia atau dalam kata Pali disebut AN UPADISESA NIBBANA.

 Jalan untuk tercapainya Nibbana :
1.       Delapan Ruas Jalan Utama (jalan tengah).
Dalam ajaran agama Budha, tercapainya Nibbana harus melaksanakan delapan Ruas Jalan Utama atau jalan Tengah yang dibagi tiga kelompok yaitu
a.       Sila
Sila adalah tata hidup yang susila dan beradab,yaitu
-          Ucapan benar
-          Perbuatan benar
-          Mata pencaharian benar
b.      Samadhi
Samadhi adalah pembinaan disiplin mental
-          Daya-upaya benar
-          Perhatian benar
-          Konsentrasi benar
c.       Panna
-          Pandangan atau pengertian benar
-          Pikiran benar

Pelaksanaan Ruas Jalan Utama ini harus dilaksanakan menurut nomor urutan dari susunan yang kesatu sampai kedelapan.tetapi sedikit banyaknya harus dipertimbangkan bersama-bersama, tentu saja tergantung dengan keadaan dan kesanggupan tiap-tiap orang. Karena ruas-ruas jalan itu sebenarnya satu sama lain saling bergantungan dan saling bantu-membantu.



0 komentar:

Posting Komentar